Pembawa Damai (Matius 5:9)

Ditengah dunia yang penuh dengan dendam dan permusuhan ini, orang percaya seharusnya menjadi pembawa damai. Menjadi pembawa damai bisa dimulai dari dalam lingkup yang kecil dulu, yaitu di dalam keluarga. Selanjutnya kita bisa menajdi pembawa damai di lingkungan tempat tinggal, gereja, tempat kerja, dan dalam masyarakat luas.

Seorang pembawa damai adalah seorang yang bisa membawa diri dengan baik, dan menciptakan suasana menyenangkan, sehingga tidak menimbulkan kebencian dan permusuhan. Matius 5:9 berbunyi “ berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” beberapa ayat firman Tuhan menegaskan bahwa Tuhan adalah sumber damai sejahtera, artinya di dalam Dia ada damai sejahtera. Galatia 5:22 juga menyebutkan bahwa damai sejahtera merupakan salah satu segi dari buah Roh.Kita bisa menjadi pembawa damai dalam lingkungan kita dengan cara :


Pertama, Menjaga Sikap, Perkataan dan Tindakan.

Diperlukan sikap yang bijaksana di dalam menghadapai setiap orang dengan pembawaan mereka masing-masing. Demikian pula di dalam menyingkapi suatu keadaan atau permasalahan, kita harus menjaga sikap agar suasana damai sejahtera tetap terpelihara. Kata-kata yang kasar dan fitnah yang sengaja di lontarkan untuk menyakiti seseorang, janganlah dilakukan. Marilah kita saling menjaga. Lidah ini memang sangat sulit untuk dikekang. Kata-kata bisa meluncur keluar begitu saja, apalagi ketika seseorang dalam keadaan emosi. Selanjutnya, emosi yang tidak terkontrol akan melahirkan tindakan yang berakibat buruk. Mintalah agar Roh Kudus senantiasa menguasai seluruh - Kehidupan kita, sehingga yang selalu kita hasilkan melalui kehidupan kita hanyalah buah-buah Roh.


Kedua, Mengupayakan penyelesaian masalah dan memberikan Pengampunan.

Roma 12:18 berkata “ Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Banyak orang yang sengaja hidup dalam permusuhan atau ketidakharmonisan, sekalipun mereka tahu bahwa itu dosa. Jika kita merasa aman tinggal terus menerus dalam kondisi sedemikian itu, berhati-hatilah, mungkin hati nurani kita sudah “mati”. Kita sering terjebak dalam kesombongan dan ego yang terlalu besar, sehingga kita merasa berat untuk memberikan pengampunan, apalagi meminta maaf. Sungguh menyedihkan!. Iblis akan mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan kita dalam dosa keegoisan. Upayakanlah penyelesaian dengan semua orang saat ada masalah.


Ketiga, Memberikan Nasihat yang Positif kepada sesama.

Jadilah pembawa damai antara sesama yang sedang bermusuhan, dengan cara memberikan nasihat positif dan bukan malah memprovokasi. Buang sikap masa bodoh, dimana ada pertikaian dan permusuhan, hadirlah sebagai penengah yang ikut ambil bagian demi lahirnya suasana damai. Ambilah posisi yang netral dan jangan memihak kepada salah satu pihak. Kita wajib saling menasihati dan mendorong dalam melakukan apa yang baik dan benar. Dengan demikian, kehadiran kita akan seperti lilin yang selalu memancarkan cahayanya. Amin

Comments