Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya. (Efesus 5:33)
Kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus. Sesekali, pasti ada saja gelombang yang menerpa. Sumber konflik bisa disebabkan oleh banyak hal. Bahkan, masalah yang seharusnya tidak diributkan pun bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Namanya juga menyatukan dua kepribadian, pasti tak gampang. Yang penting adalah, bagaimana Anda menyikapi dan mengkomunikasikan perbedaan itu dengan benar sehingga menjadi sesuatu yang indah.
Di bawah ini ada tujuh sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya:
1. PENGHASILAN
Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, si istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya.
Solusi:
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah membesar.
2. ANAK
Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan istri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Solusi:
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan pasangan. Ajaklah dia untuk bersama memeriksakan kondisi diri ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda berdua sehat, kenapa harus resah dan saling menuduh? Kan, tinggal menunggu waktunya saja. Bisa jadi, iman Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Tuhan. Tetaplah bersepakat dan berdoa, jangan sampai iman melemah karena saling menyalahkan. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si kecil belum datang juga, Anda berdua bisa menempuh cara lain, dengan adopsi anak misalnya, tapi sebelum keputusan itu dibuat, berdoalah lebih dahulu.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun sanak family dalam keluarga kadangkala juga menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh pasangan kita yang tidak dilakukan dengan transparan.
Solusi:
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda berdua ingin memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun pasangan, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang. Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, pasangan Anda-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stress, datang bulan ataupun hamil.
Solusi:
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut.
5.MERTUA
Kehadiran mertua dalam rumahtangga seringkali menjadi sumber konflik, karena terlalu ikut campurnya mertua dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya.
Solusi:
Kesal sih kesal, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah pasangan bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik. Ingat, penghormatan kepada orangtua atau mertua adalah bukti keunggulan etika yang bisa kita teladankan di depan anak-anak kita.
6. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang tentu saja juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.
Solusi:
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur perkawinan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi. Kalau pasangan Anda seorang yang pendiam ya imbangi, jangan terlalu cerewet. Begitupun soal kesenangan. Tak ada salahnya mengikuti kesenangannya berlibur ke pantai. Mencoba sesuatu yang baru itu indah, lho.
7. KOMUNIKASI TERBATAS
Pasangan suami-istri yang sama-sama sibuk biasanya tak punya cukup waktu untuk berkomunikasi. Paling-paling mereka bertemu saat hendak tidur, atau di akhir pekan. Kadangkala, untuk sarapan pagi atau makan malam bareng pun terlewatkan begitu saja. Kurangnya atau tak adanya waktu untuk saling berbagi dan berkomunikasi ini seringkali menimbulkan salah pengertian. Suami tidak tahu masalah yang dihadapi istri, demikian juga sebaliknya. Akhirnya, ketika bertemu bukannya saling mencurahkan kasih sayang, namun malah cekcok.
Solusi:
Sesibuk apapun Anda dan pasangan, tetapkan untuk berkomitmen bahwa kebersamaan dengan keluarga adalah hal yang utama. Artinya, harus ada waktu untuk keluarga. Misalnya sarapan dan makan malam bersama. Demikian juga dengan hari libur. Usahakan untuk menikmatinya bersama keluarga. Jadi, walaupun Anda berdua bekerja seharian di luar rumah, namun keluarga tidak terbengkalai. Waktu untuk keluarga dan karier harus seimbang. Anda dan pasangan harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Comments
Post a Comment