Serba-Serbi Obat Anti Pembekuan Darah: Clopidogrel

Obat anti pembekuan Clopidogrel (Plavix) memiliki kemampuan untuk membantu mencegah stroke dan serangan jantung untuk pasien dengan kelainan irama jantung (aritmia) yang meningkatkan kemungkinan stroke.
Penelitian ini melibatkan sekitar 7500 orang dengan atrial fibrilasi. Dalam periode 4 tahun, pasien yang mengonsumsi Plavix dan aspirin memiliki pengurangan nilai 11%  untuk menderita ‘ulangan’ penyakit jantung, stroke, pembekuan darah, atau kematian berkaitan dengan gangguan kardiovaskular dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi aspirin saja.
Penelitian yang disebut dengan ACTIVE-A ini, dipresentasikan di annual meeting of the American College of Cardiology (ACC) dan dipublikasikan online oleh New England Journal of Medicine.

Apa itu Clopidogrel?
Clopidogrel dengan nama paten Plavix merupakan obat anti pembekuan darah yang menghambat pembentukan bekuan di pembuluh darah sehingga dapat mencegah terjadinya serangan jantung dan stroke yang diakibatkan dari penyumbatan pembuluh darah.

Mengapa Clopidogrel Diberikan Setelah Implantasi Stent (ring)?
Stent merupakan tabung yang terdiri atas anyaman kawat yang berukuran sangat kecil dengan fungsi membuka aliran pembuluh darah setelah selesai dilakukan angioplasti balloon dan pembukaan sumbatan.
Stent yang terdiri dari kawat baja ini juga dapat pula tersumbat kembali. Stent yang terbaru atau dilapisi dengan obat (drug-eluting) juga terkdang tersumbat kembali meski frekuensinya tidak sesering stent tanpa obat. Sumbatan kembali ini akan meningkatkan risiko serangan jantung ulang atau bahkan kematian.
Pemberian obat anti pembekuan darah kombinasi antara Clopidogrel dnegan Aspirin ini akan membantu mencegah kejadian pembekuan darah ulang di stent tersebut.

Apakah Terapi Clopidogrel Berisiko?
Risiko terbesar pemberian obat ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan terkadang hanyalah perdarahan samar atau tersembunyi. Tanda-tanda terjadinya perdarahan yang harus segera dilaporkan adalah urin (air seni) yang berwarna hitam atau kemerahan, feses atau tinja hitam, dan kejadian memar-memar yang tidak biasa.
Perdarahan dapat berujung menjadi anemia dengan gejala lemas dan lelah. Efek samping lainnya dari clopidogrel adalah diare dan reaksi alergi yang menyebabkan rash atau kemerahan.

Berapa Lama Clopidogrel Harus Diminum Pasca Tindakan Stent?
Terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini, FDA merekomendasikan penggunaan Plavix dikombinasikan dengan aspirin selama 3-6 bulan setelah implantasi stent. Namun terdapat studi lainnya yang menyebutkan bahwa menghentikan pemakaian clopidogrel dan aspirin setelah 3-6 bulan pasca implantasi akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung ulang dibandingkan mereka yang meneruskan pemakaian obat tersebut. Sebagai kesimpulan, sebagian besar dokter akan merekomendasikan untuk terus mengonsumsi clopidogrel sampai didapatkan suatu alasan untuk menghentikannya.
Penelitian terbaru menyarankan bahwa terapi clopidogrel dan aspirin sebaiknya dilakukan selama 2-3 tahun setelah implantasi stent dilakukan. Setelah itu, dokter dapat menganjurkan untuk mengonsumsi salah satu saja, aspirin atau clopidogrel. Risiko perdarahan akan lebih besar dengan pemberian kedua obat tersebut. Apabila pasien tersebut mampu, disarankan untuk melanjutkan Plavix karena studi besar yang melibatkan sekitar 20000 peserta dengan penyakit jantung memberikan hasil bahwa Plavix, meskipun sedikit, memberikan perbaikan yang signifikan daripada aspirin di dalam pencegahan serangan jantung ulang, stroke, atau kematian.

Comments