Di Selat Karimata, di dasar Laut Jawa, di situ lah AirAsia QZ8501
dipastikan berada. Proses evakuasi terus dilakukan, di tengah angin
kencang dan ombak yang berayun hingga ketinggian 2 sampai 3 meter
Dengan ditemukannya pesawat, sembari menanti kotak hitam (black box) yang terdiri dari cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR), para penyelidik melangkah maju untuk menguak pertanyaan-pertanyaan besar mengenai Airbus A320-200 yang hilang dalam penerbangannya dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu 28 Desember 2014.
Berikut 10 pertanyaan besar mengenai kecelakaan AirAsia QZ8501 :
1. Apa yang membuat pesawat celaka?
Mungkin butuh waktu berbulan-bulan untuk menguak apa yang terjadi setelah Airbus A320-200 hilang kontak dengan menara kontrol atau air traffic control (ATC). Sebelumnya, pilot minta izin untuk mengubah haluan dan naik ke ketinggian 38 ribu kaki, untuk menghindari cuaca buruk. Demikian disampaikan pihak berwenang Indonesia.
Sejumlah ahli menduga, pesawat mengalami aerodynamic stall -- kondisi di mana pesawat tiba-tiba hilang kendali dan kehilangan daya angkat -- akibat kurangnya kecepatan atau terbang dengan sudut terlalu tajam untuk naik.
Analis juga mengatakan, pilot mungkin belum mendapatkan informasi dari sistem dalam pesawat tentang posisi pesawat. Diduga hujan atau hujan es yang terbentuk akibat badai bisa merusak mesin.
Kunci untuk mendapatkan jawaban tersebut ada dalam cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) atau yang disebut kotak hitam.
2. Bagaimana cara korban dievakuasi?
Evakuasi korban saat ini menjadi prioritas. Presiden Joko Widodo Selasa malam bahkan memerintahkan pencarian besar-besaran mulai Rabu pagi. Namun, cuaca buruk menghalangi.
Helikopter bisa terbang rendah untuk membantu mengevakuasi jasad maupun puing dari permukaan laut. Kapal juga bisa dikerahkan, pun dengan kapal selam dan penyelam untuk mengambil jenazah yang terperangkap di antara puing-puing.
Ada sejumlah korban yang terperangkap di badan pesawat yang berada di dasar Laut Jawa, yang dalamnya mencapai 43 meter atau 140 kaki.
Itu yang akan menjadi tantangan bagi para penyelam. Sebab, kedalaman tersebut melampaui kemampuan tubuh para diver.
Para penyelam membutuhkan ruang dekompresi untuk pemulihan. Proses ini akan makan waktu. Bidang di mana pesawat berada harus ditemukan dan bisa makan waktu seminggu atau 10 hari."
3. Bagaimana jasad korban diidentifikasi?
Pihak berwenang telah menyiapkan RS Bhayangkara Surabaya sebagai lokasi pengujian post-mortem. Jenazah nantinya akan dibawa dari Pangkalan Bun.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur menyiapkan 150 lemari pendingin jenazah. Puluhan ahli forensik dari berbagai universitas di seluruh Indonesia juga disiagakan untuk mempercepat proses identifikasi.
Untuk membantu proses identifikasi, pihak keluarga yang berduka diminta untuk membawa foto orang-orang terkasih mereka yang ada dalam AirAsia QZ8501. Pun dengan sampel DNA.
Menemukan dan mengidentifikasi 162 orang yang ada dalam pesawat adalah perkara besar.
4. Jasad penumpang yang ditemukan tak memakai life jacket, mengapa?
Basarnas gabungan telah menemukan sejumlah benda dan serpihan yang diduga merupakan bagian dari Pesawat AirAsia QZ8501.
Tim juga telah mengevakuasi 6 jenazah, termasuk jasad seorang perempuan yang mengenakan pakaian pramugari. Namun tanpa jaket penyelamat (life jacket).
Peter Goelz, mantan direktur di Dewan Keselamatan Transportasi Amerika Serikat berpendapat, ketiadaan jaket penyelamat bisa jadi adalah indikasi bahwa apapun yang terjadi dengan pesawat, kejadiannya sangat cepat.
Mungkin para penumpang tak punya waktu untuk melakukan apapun.
5. Mungkinkah ada korban yang selamat?
Kita semua menanti kejaiban itu. Dalam sejumlah kasus kecelakaan udara di masa lalu, pernah ada satu korban yang selamat.
Namun, kenyataan pahit mungkin terjadi dalam kasus AirAsia QZ8501.
6. Petugas SAR melihat bayangan pesawat, apa yang harus dilakukan?
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Bambang Sulistyo menyatakan, tim menemukan bayangan pesawat dari dalam laut.
"Kemudian pada pukul 12.50 pesawat Hercules TNI AU menemukan objek yang menggambarkan bayangan di dalam laut seperti diduga bentuk pesawat," ujar Bambang dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Selasa 30 Desember 2014.
Jika benar seperti itu yang terjadi, Mary Schiavo mengatakan, tim SAR bisa secepat mungkin mengambil kotak hitam di dalamnya.
"Dengan bantuan sonar, seharusnya tidak dibutuhkan waktu lama untuk mengangkat instrumen yang merekam apa yang sesungguhnya terjadi dengan pesawat," demikian kata Tim Taylor, penyelam dengan pengalaman 30 tahun sekaligus ahli teknik dan peralatan bawah laut.
Ping pesawat atau sinyal pemberi informasi lokasi bawah laut (underwater locator beacons) masih mati, jadi, upaya pengambilan kotak hitam harus dipercepat.
7. Bagaimana badan pesawat diangkat?
Serpihan ditemukan di Selat Karimata, yang berjarak 10 nautical mil barat daya Pangkalan Bun. Atau hanya 6 mil dari titik di mana pesawat melakukan kontak terakhir.
Para penyelam dan kapal yang dilengkapi sonar dikirimkan ke Selat Karimata -- di mana kedalaman laut bervariasi antara 25 hingga 30 meter.
Seperti halnya dalam pencarian Malaysia Airlines Penerbangan 370, sebuah pendeteksi ping dapat digunakan untuk menemukan perekam data penerbangan.
Schiavo mengatakan, kedekatan antara puing dengan titik radar terakhir yang diketahui mengindikasikan bahwa tidak terjadi pecah di udara. Pesawat mungkin masuk air secara utuh.
Air yang relatif dangkal juga mengindikasikan bahwa bagian kapal terbang yang berat tak terseret arus terlalu jauh sebelum akhirnya menetap di dasar laut.
Setiap potongan besar pesawat akan diangkat, untuk direkonstruksi, yang menjadi bagian dari investigasi kecelakaan.
8. Arti di balik penemuan pintu darurat?
Pintu darurat yang mengambang di atas lautan, pun dengan sejumlah life jacket, menimbulkan pertanyaan apakah para kru sempat melakukan upaya penyelamatan sebelum pesawat masuk ke air.
Pernah menyaksikan sejumlah lokasi terjadinya kecelakaan udara, dan melihat dampak kejadian pintu darurat keluar atau terlepas tanpa disengaja.
Dalam beberapa kasus, sejumlah objek seperti pintu darurat terpisah saat pesawat terbelah di lautan -- apapun, kita harus memastikannya (dalam kejadian AirAsia).
Saat ditemukan, perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) diharapkan bisa membantu mengungkap apakah pilot sempat memerintahkan penanganan darurat sebelum pesawat menyentuh air.
9. Bagaimana penanganan terbaik untuk keluarga korban?
Kabar buruk diterima para keluarga penumpang AirAsia QZ8501 saat menonton siaran langsung konferensi pers yang menyebut, serpihan pesawat ditemukan di Selat Karimata.
Saat menyaksikan gambar vulgar diduga jasad yang terapung yang ditayangkan sebuah stasiun televisi, mereka menangis bahkan jatuh pingsan.
Aparat yang bertanggung jawab harus menjaga kredibilitas dengan memastikan fakta yang mereka informasikan benar, dan mengungkapkannya pada keluarga pada waktu yang tepat. Juga cara yang tidak menambah berat duka mereka.
Juga penting untuk melindungi keluarga korban dari hiruk-pikuk media. Terutama saat adegan menyedihkan disiarkan -- seperti diduga jasad yang terapung atau saat jenazah dievakuasi.
Dampak berita kecelakaan AirAsia untuk keluarga korban yang kehilangan orang-orang tercinta dalam kecelakaan lain, seperti hilangnya Malaysia Airlines MH370 -- yang sudah 10 bulan tak diketahui keberadaannya.
10. AirAsia QZ8501 terbang 2 jam lebih awal, apakah ini akan jadi fokus penyelidikan?
Para penyelidik akan mempertimbangkan informasi tersebut. Kejadian pesawat yang mengudara sebelum waktu yang dijadwalkan tak pernah terdengar di Amerika Serikat.
Namun, bukan berarti hal serupa tidak lazim di negara-negara lain. Namun, pertanyaannya, mengapa?
Dengan ditemukannya pesawat, sembari menanti kotak hitam (black box) yang terdiri dari cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR), para penyelidik melangkah maju untuk menguak pertanyaan-pertanyaan besar mengenai Airbus A320-200 yang hilang dalam penerbangannya dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu 28 Desember 2014.
Berikut 10 pertanyaan besar mengenai kecelakaan AirAsia QZ8501 :
1. Apa yang membuat pesawat celaka?
Mungkin butuh waktu berbulan-bulan untuk menguak apa yang terjadi setelah Airbus A320-200 hilang kontak dengan menara kontrol atau air traffic control (ATC). Sebelumnya, pilot minta izin untuk mengubah haluan dan naik ke ketinggian 38 ribu kaki, untuk menghindari cuaca buruk. Demikian disampaikan pihak berwenang Indonesia.
Sejumlah ahli menduga, pesawat mengalami aerodynamic stall -- kondisi di mana pesawat tiba-tiba hilang kendali dan kehilangan daya angkat -- akibat kurangnya kecepatan atau terbang dengan sudut terlalu tajam untuk naik.
Analis juga mengatakan, pilot mungkin belum mendapatkan informasi dari sistem dalam pesawat tentang posisi pesawat. Diduga hujan atau hujan es yang terbentuk akibat badai bisa merusak mesin.
Kunci untuk mendapatkan jawaban tersebut ada dalam cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder (FDR) atau yang disebut kotak hitam.
2. Bagaimana cara korban dievakuasi?
Evakuasi korban saat ini menjadi prioritas. Presiden Joko Widodo Selasa malam bahkan memerintahkan pencarian besar-besaran mulai Rabu pagi. Namun, cuaca buruk menghalangi.
Helikopter bisa terbang rendah untuk membantu mengevakuasi jasad maupun puing dari permukaan laut. Kapal juga bisa dikerahkan, pun dengan kapal selam dan penyelam untuk mengambil jenazah yang terperangkap di antara puing-puing.
Ada sejumlah korban yang terperangkap di badan pesawat yang berada di dasar Laut Jawa, yang dalamnya mencapai 43 meter atau 140 kaki.
Itu yang akan menjadi tantangan bagi para penyelam. Sebab, kedalaman tersebut melampaui kemampuan tubuh para diver.
Para penyelam membutuhkan ruang dekompresi untuk pemulihan. Proses ini akan makan waktu. Bidang di mana pesawat berada harus ditemukan dan bisa makan waktu seminggu atau 10 hari."
3. Bagaimana jasad korban diidentifikasi?
Pihak berwenang telah menyiapkan RS Bhayangkara Surabaya sebagai lokasi pengujian post-mortem. Jenazah nantinya akan dibawa dari Pangkalan Bun.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur menyiapkan 150 lemari pendingin jenazah. Puluhan ahli forensik dari berbagai universitas di seluruh Indonesia juga disiagakan untuk mempercepat proses identifikasi.
Untuk membantu proses identifikasi, pihak keluarga yang berduka diminta untuk membawa foto orang-orang terkasih mereka yang ada dalam AirAsia QZ8501. Pun dengan sampel DNA.
Menemukan dan mengidentifikasi 162 orang yang ada dalam pesawat adalah perkara besar.
4. Jasad penumpang yang ditemukan tak memakai life jacket, mengapa?
Basarnas gabungan telah menemukan sejumlah benda dan serpihan yang diduga merupakan bagian dari Pesawat AirAsia QZ8501.
Tim juga telah mengevakuasi 6 jenazah, termasuk jasad seorang perempuan yang mengenakan pakaian pramugari. Namun tanpa jaket penyelamat (life jacket).
Peter Goelz, mantan direktur di Dewan Keselamatan Transportasi Amerika Serikat berpendapat, ketiadaan jaket penyelamat bisa jadi adalah indikasi bahwa apapun yang terjadi dengan pesawat, kejadiannya sangat cepat.
Mungkin para penumpang tak punya waktu untuk melakukan apapun.
5. Mungkinkah ada korban yang selamat?
Kita semua menanti kejaiban itu. Dalam sejumlah kasus kecelakaan udara di masa lalu, pernah ada satu korban yang selamat.
Namun, kenyataan pahit mungkin terjadi dalam kasus AirAsia QZ8501.
6. Petugas SAR melihat bayangan pesawat, apa yang harus dilakukan?
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Bambang Sulistyo menyatakan, tim menemukan bayangan pesawat dari dalam laut.
"Kemudian pada pukul 12.50 pesawat Hercules TNI AU menemukan objek yang menggambarkan bayangan di dalam laut seperti diduga bentuk pesawat," ujar Bambang dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Selasa 30 Desember 2014.
Jika benar seperti itu yang terjadi, Mary Schiavo mengatakan, tim SAR bisa secepat mungkin mengambil kotak hitam di dalamnya.
"Dengan bantuan sonar, seharusnya tidak dibutuhkan waktu lama untuk mengangkat instrumen yang merekam apa yang sesungguhnya terjadi dengan pesawat," demikian kata Tim Taylor, penyelam dengan pengalaman 30 tahun sekaligus ahli teknik dan peralatan bawah laut.
Ping pesawat atau sinyal pemberi informasi lokasi bawah laut (underwater locator beacons) masih mati, jadi, upaya pengambilan kotak hitam harus dipercepat.
7. Bagaimana badan pesawat diangkat?
Serpihan ditemukan di Selat Karimata, yang berjarak 10 nautical mil barat daya Pangkalan Bun. Atau hanya 6 mil dari titik di mana pesawat melakukan kontak terakhir.
Para penyelam dan kapal yang dilengkapi sonar dikirimkan ke Selat Karimata -- di mana kedalaman laut bervariasi antara 25 hingga 30 meter.
Seperti halnya dalam pencarian Malaysia Airlines Penerbangan 370, sebuah pendeteksi ping dapat digunakan untuk menemukan perekam data penerbangan.
Schiavo mengatakan, kedekatan antara puing dengan titik radar terakhir yang diketahui mengindikasikan bahwa tidak terjadi pecah di udara. Pesawat mungkin masuk air secara utuh.
Air yang relatif dangkal juga mengindikasikan bahwa bagian kapal terbang yang berat tak terseret arus terlalu jauh sebelum akhirnya menetap di dasar laut.
Setiap potongan besar pesawat akan diangkat, untuk direkonstruksi, yang menjadi bagian dari investigasi kecelakaan.
8. Arti di balik penemuan pintu darurat?
Pintu darurat yang mengambang di atas lautan, pun dengan sejumlah life jacket, menimbulkan pertanyaan apakah para kru sempat melakukan upaya penyelamatan sebelum pesawat masuk ke air.
Pernah menyaksikan sejumlah lokasi terjadinya kecelakaan udara, dan melihat dampak kejadian pintu darurat keluar atau terlepas tanpa disengaja.
Dalam beberapa kasus, sejumlah objek seperti pintu darurat terpisah saat pesawat terbelah di lautan -- apapun, kita harus memastikannya (dalam kejadian AirAsia).
Saat ditemukan, perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) diharapkan bisa membantu mengungkap apakah pilot sempat memerintahkan penanganan darurat sebelum pesawat menyentuh air.
9. Bagaimana penanganan terbaik untuk keluarga korban?
Kabar buruk diterima para keluarga penumpang AirAsia QZ8501 saat menonton siaran langsung konferensi pers yang menyebut, serpihan pesawat ditemukan di Selat Karimata.
Saat menyaksikan gambar vulgar diduga jasad yang terapung yang ditayangkan sebuah stasiun televisi, mereka menangis bahkan jatuh pingsan.
Aparat yang bertanggung jawab harus menjaga kredibilitas dengan memastikan fakta yang mereka informasikan benar, dan mengungkapkannya pada keluarga pada waktu yang tepat. Juga cara yang tidak menambah berat duka mereka.
Juga penting untuk melindungi keluarga korban dari hiruk-pikuk media. Terutama saat adegan menyedihkan disiarkan -- seperti diduga jasad yang terapung atau saat jenazah dievakuasi.
Dampak berita kecelakaan AirAsia untuk keluarga korban yang kehilangan orang-orang tercinta dalam kecelakaan lain, seperti hilangnya Malaysia Airlines MH370 -- yang sudah 10 bulan tak diketahui keberadaannya.
10. AirAsia QZ8501 terbang 2 jam lebih awal, apakah ini akan jadi fokus penyelidikan?
Para penyelidik akan mempertimbangkan informasi tersebut. Kejadian pesawat yang mengudara sebelum waktu yang dijadwalkan tak pernah terdengar di Amerika Serikat.
Namun, bukan berarti hal serupa tidak lazim di negara-negara lain. Namun, pertanyaannya, mengapa?
Comments
Post a Comment