Setiap
orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat,
maka dia disebut pula sebagai hamba Allah, dan sebagai hamba Allah
tentunya memiliki beberapa kriteria sebagai berikut, diantaranya :
1. Mengerti peringatan-peringatan Tuhan
Tidak
semua orang mau menerima sebuah peringatan walaupun demi kebaikannya.
Ada banyak alasan mengapa seseorang tidak mau diperingatkan, alasannya :
karena merasa nyaman, menyangkut harga diri dan lain sebagainya, bahkan
hal ini sudah mendarah daging dalam hidupnya. Memang, ketika seseorang
keluar dari kebiasaan itu tidak mudah apalagi kita sudah dibelenggu oleh
kebiasaan tersebut. Keadaan seperti ini tidak terjadi hanya pada
orang-orang awam saja, termasuk orang-orang yang terlibat dalam kegiatan
rohani (rohaniawan) contoh kisah Tuhan Yesus pada waktu membersihkan
bait Allah (Yohanes 2:14-22). Mereka melakukan kegiatan jual beli di
bait suci sebenarnya mereka tahu bahwa hal itu tidak patut, namun karena
apa yang dilakukan itu menghasilkan keuntungan, mereka tidak peduli
meskipun hal tersebut melukai hati Allah.
Oleh karena itu, ketika
Tuhan Yesus datang dan melihat bait suci digunakan sebagai tempat yang
tidak semestinya maka Dia marah besar; semua meja dan berbagai fasilitas
yang digunakan untuk kegiatan tersebut dijungkir balikkan. Saudara,
untuk mengerti peringatan Tuhan dibutuhkan suatu kepekaan, sedangkan
kepekaan dibangun melalui pendekatan (doa). Sebagai contoh, kita tidak
dapat memahami orang lain apabila kita tidak pernah berkomunikasi dengan
orang tersebut, untuk itu yang biasanya memahami perasaan seseorang
adalah seorang sahabat karena mereka senantiasa berkomunikasi, baik itu
mencurahkan isi hati maupun menyampaikan gagasan atau ide yang ada dalam
dirinya. Dengan demikian maka lambat laun orang tersebut mulai peka apa
yang menjadi kemauan atau jalan pikiran daripada sahabatnya. Begitu
pula kita terhadap Tuhan; bagaimana mungkin kita dapat mengerti apa yang
menjadi kemauan dan peringatan-peringatannya kalau kita jarang atau
bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan Tuhan.
Seandainya sering
atau bahkan senantiasa berkomunikasi tetapi berapa banyak anak Tuhan
mendominasi dalam berdialog atau berdoa kepada Tuhan. Maksudnya, orang
tersebut lebih banyak berbicara yang isinya hanya berbagai tuntutan atau
permintaan kepada Tuhan. Meskipun meminta kepada Tuhan itu sah-sah
saja, tetapi apabila itu hanya untuk kepentingan diri sendiri maka hal
tersebut tidak pantas karena Tuhan juga punya keinginan atas kehidupan
kita yaitu mengerti peringatan-peringatannya. Kebanyakan seseorang ingin
Tuhan memahami akan dirinya namun tidak pernah mau berusaha untuk
memahami Tuhan. Untuk itu kita sebagai anak-anak Tuhan marilah memiliki
kepekaan supaya dapat mengerti peringatan Tuhan. Dengan demikian kita
akan semakin dewasa dan bijaksana.
2. Mau diajar ketetapan-ketetapan Tuhan
Saudara,
apa yang telah menjadi ketetapan Tuhan biarlah menjadi konsumsi bagi
jiwa kita (Mazmur 1). Namun hal ini tidak mudah kita lakukan. Kita lebih
suka mengkonsumsi atau menerima informasi yang tidak kaitnya dengan
pertumbuhan jiwa kita, justru yang kita konsumsi adalah hal-hal yang
bisa merusak jiwa kita. Karena firman Tuhan berkata : Jadi, iman timbul
dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Hal
ini bukan berarti kita tidak boleh memperoleh informasi dari luar, namun
yang perlu kita perhatikan adalah porsinya. Apabila kita keluar dari
ketetapan maka kita berdosa (hamartia). Namun hal ini dipandang sepele
oleh banyak orang, padahal ini yang menentukan keadaan masa depan kita.
Memang, sementara kita diajar ketetapan-ketetapan Tuhan tidak
mendatangkan sukacita melainkan dukacita, tetapi setelah itu akan
menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Kalau kita ingin bebas dari
ketetapan-ketetapan Tuhan maka kita akan disebut sebagai anak-anak
gampang, yaitu anak Tuhan yang mudah diombang-ambingkan oleh keadaan
dunia yang semakin hari semakin tidak menentu. Bukankah kita tahu bahwa
dunia ini sedang menuju kehancuran tetapi kalau kita mau diajar dengan
ketetapan Tuhan maka kita akan selamat. Karena ketetapan Tuhanlah yang
akan membawa kita hidup dalam kesempurnaan, dan itulah yang dikehendaki
oleh Bapa di surga. Seperti yang tertulis dalam Matius 5:48, ”Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna.”
Memang, untuk menjadi sempurna itu mustahil, tetapi
ingat apa yang mustahil bagi manusia tidak mustahil bagi Allah. Dari
kesemuanya ini pemazmur pun mengungkapan bahwa ketetapan Tuhan menjadi
kesukaan dalam hidupnya, seperti yang tertulis dalam Mazmur 119:16, ”Aku
akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan
kulupakan.” Saudara, kalau kita enggan diajar oleh ketetapan-ketetapan
Tuhan maka secara tidak sadar dunia ini yang dikuasai oleh iblis akan
memberikan ketetapan-ketetapan untuk dipatuhi, sehingga pada akhirnya
akan menyeret kita dan dibawa kepada kebinasaan dan kita terpisah dengan
Allah selama-lamanya.
3. Mendapat kekuatan dari Tuhan
Saudara,
kekuatan ini akan kita dapatkan ketika senantiasa menanti-nantikan
Tuhan, seperti yang tertulis dalam Yesaya 40:31, ”tetapi orang-orang
yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan
tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Kekuatan
disini tidak dapat kita pahami secara mistik seperti kalau kita melihat
sebuah film-film yang menunjukkan suatu kekuatan yang biasanya
ditampilkan berupa cahaya, api, asap dan lain sebagainya. Melainkan
kekuatan ini merupakan suatu kemampuan untuk menyikapi segala situasi
dunia ini. Hal ini tidak lepas dari sikap kita dalam meresponi
peringatan maupun ketetapanNya.
Sebagai contoh : apabila kita
dekat dengan pembesar (Lurah, Camat, Walikota, Gubernur bahkan Presiden)
maka kita memiliki kekuatan (power) yang besar walaupun secara fisik
tubuh kita kecil. Demikian kehidupan kita yang penuh keterbatasan,
tetapi apabila kita bersama Tuhan maka kita akan melakukan
perkara-perkara yang besar. Dan seseorang yang tidak mau menerima
peringatan dan ketetapan Tuhan, ciri-cirinya adalah mengandalkan
kekuatan manusia atau diri sendiri, padahal firman Tuhan berkata dengan
tegas, ”Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan
kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! (Yeremia
17:5), tetapi ”Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN! (Yeremia 17:7). Oleh sebab itu berbahagialah
setiap kita yang menjalani hidup ini dengan mengandalkan kekuatan Tuhan
karena disitulah kita akan memperoleh kemenangan demi kemenangan
sehingga kita disebut sebagai umat lebih daripada pemenang. Dengan
demikian, jadilah hamba Tuhan yang berkenan kepadaNya. Amin.
Comments
Post a Comment